Enam Tahun Perang di Yaman, Arab Saudi Tawarkan Rencana Perdamaian-!!

Author : sobrialdan@gmail.com
Publish Date : 2021-06-10 19:36:57


Pemerintah Jerman meluncurkan program militer sukarela selama satu tahun untuk generasi muda. Relawan akan dilatih untuk menangani bencana alam atau krisis kesehatan.

Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer memulai program dinas militer sukarela baru pada hari Selasa (06/04). Dinas militer sukarela keamanan dalam negeri itu bertujuan untuk membujuk anak-anak muda agar mengambil cuti selama satu tahun sebelum memulai studi atau karier mereka.

Program ini pertama kali diumumkan pada musim panas lalu dengan motto: "Tahun Anda untuk Jerman." Pelatihan program ini secara resmi dimulai pada hari Selasa (06/04) dengan melibatkan 325 relawan, 52 di antaranya adalah perempuan.

"Kami memulai program ini setelah melihat ada anak muda yang tertarik untuk bergabung dengan Bundeswehr, tetapi tidak ingin terikat secara penuh," kata Kramp-Karrenbauer dalam konferensi pers peluncuran program tersebut.

Kementerian Pertahanan mengungkapkan ada sekitar 9.000 orang yang melamar untuk dinas militer sukarela tahun ini. Dari jumlah tersebut, 20% di antaranya adalah perempuan

Tahapan program dinas militer
Proyek ini pertama kali diumumkan setelah pandemi virus corona merebak
, dan bertujuan memberikan pelatihan khusus yang menggabungkan aspek "pertempuran dan bantuan."

Para relawan akan memulai dinas mereka dengan pelatihan dasar militer selama tiga bulan di 13 lokasi di seluruh Jerman. Setelah itu, mereka akan mengikuti pelatihan spesialis untuk mempelajari cara melindungi gedung hingga jembatan.

Setelah tujuh bulan pelatihan, para relawan nantinya akan berkomitmen untuk melayani masyarakat selama lima bulan dalam periode waktu enam tahun ke depan. Keahlian mereka nantinya dapat dimanfaatkan ketika bencana alam melanda atau pandemi lainnya merebak.

Kritik terhadap program baru
Badan amal mengecam rencana penggunaan sukarelawan
oleh militer. Sementara itu, beberapa pihak lain juga menyoroti masalah terkait peluang diberikannya senapan kepada orang-orang berusia 17 tahun itu.

Tidak hanya itu, nama dalam bahasa Jerman dari program tersebut juga mencakup istilah dengan konotasi sayap kanan ("Heimatschutz" atau "keamanan dalam negeri"), yang tidak nyaman bagi banyak orang.

Di momen yang sama, Kramp-Karrenbauer juga mengumumkan pembubaran salah satu dari empat kompi pasukan elit (KSK) Jerman setelah tentaranya terbukti menutupi kegiatan sayap kanan.

Sementara itu, seorang jenderal dari militer Jerman, Letnan Jenderal Markus Laubenthal mengatakan bahwa pemilihan sukarelawan ini nantinya akan disaring sedemikian rupa untuk mencegah ekstremis sayap kanan bergabung dengan program tersebut, meskipun dia tidak memberikan detail bagaimana tes semacam itu akan dilakukan pada anak berusia 16 tahun

Enam Tahun Perang di Yaman, Arab Saudi Tawarkan Rencana Perdamaian
Arab Saudi adalah salah satu pihak yang berperang dalam enam tahun perang di Yaman. Sekarang, pemerintah Saudi telah mengajukan inisiatif perdamaian. Tetapi itu tidak secara otomatis mengakhiri konflik.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman berharap untuk segera menghancurkan pemberontak Houthi melalui intervensi Arab Saudi dalam konflik di Yaman. Arab Saudi dan sejumlah negara Timur Tengah lainnya telah mendukung pasukan Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi dalam pertempuran melawan kelompok minoritas penganut Syiah, Houthi, yang mana mendapat dukungan dari saingan regional utama Arab Saudi, yakni Iran.

Tetapi menjadi jelas bahwa kelompok Houthi telah mendapatkan kekuatan yang stabil sejak konflik dimulai tepat pada enam tahun lalu, pada 26 Maret 2015. Arab Saudi pun tidak bisa lagi memenangkan perang. PBB memperkirakan lebih dari 230 ribu orang telah tewas dan jutaan lainnya menderita kelaparan dan sakit. Selain itu sistem kesehatan di sana runtuh di bawah tekanan pandemi virus corona.

Lebih dari 20 juta orang di Yaman menderita kelaparan atau kekurangan gizi
Lebih dari 20 juta orang di Yaman menderita kelaparan atau kekurangan gizi

Arab Saudi telah mengajukan rencana untuk mengakhiri perang di Yaman. Menteri luar negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan al Saud, mengumumkan bahwa proposal tersebut akan mencakup gencatan senjata nasional di bawah pengawasan PBB. Tahun lalu, Saudi melakukan tawaran serupa.

Proposal damai Saudi
Rencana tersebut jelas merupakan jalan keluar bagi Arab Saudi. Pemberontak Houthi telah merebut ibu kota, Sana'a, dan sebagian besar wilayah barat laut Yaman. Pada bulan Februari, mereka memulai serangan untuk merebut kota kaya minyak, Marib. Selama bertahun-tahun, Arab Saudi dan koalisi militer pimpinan Saudi telah melancarkan serangan udara di Sana'a dan telah menutup jalur hubungan udara dan laut dalam upaya memutus akses Houthi ke pasokan.

Al Saud mengatakan pemerintah ingin menghentikan kekerasan yang terus terjadi dan akan membuka kembali bandara di Sana'a untuk meningkatkan distribusi makanan di Yaman. Pemerintah Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka juga akan melonggarkan blokade pelabuhan Hodeidah untuk memungkinkan impor bahan bakar dan makanan. Empat kapal pengangkut bahan bakar baru saja merapat di Hodeidah. Mereka dilaporkan memiliki total 45.000 ton solar, 5.000 ton gas cair, dan lebih dari 22.000 ton makanan di dalamnya.

Houthi awalnya menolak inisiatif perdamaian Arab Saudi, dengan mengatakan tidak ada yang baru dari tawaran tersebut. Kepala negosiator mereka, Mohammed Abdulsalam, mengatakan bahwa dia siap untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut dengan pemerintah Saudi dan Amerika Serikat (AS) dan pemerintah mediator regional, Oman, untuk mencapai kesepakatan damai. Namun dia menambahkan bahwa bahan bakar, makanan, obat-obatan, dan bahan kebutuhan pokok merupakan hak kemanusiaan dan legal. "Kami tidak menerima syarat militer atau politik untuk menerima mereka," kata Abdulsalam.

Meski demikian, para pejabat dari AS, PBB, dan Oman yakin bahwa negosiasi memiliki peluang. Selama berminggu-minggu, Oman telah menjadi tuan rumah pembicaraan antara Houthi dan utusan khusus AS untuk Yaman, Timothy Lenderking. Namun, saat ini, tidak ada tanda-tanda gencatan senjata dan perang yang segera berakhir.

Jemen Unterernährung (Reuters/A. Zeyad)
BOCAH YAMAN DALAM DEKAP KELAPARAN
Kemanusiaan Berakhir di Yaman
Lebih dari setengah juta anak-anak di Yaman menderita kelaparan dan malnutrisi. Badan PBB, UNICEF, melaporkan kebanyakan hidup di kawasan yang rentan wabah Kolera tanpa akses layanan kesehatan yang memadai. Wabah Kolera yang mengamuk sejak April 2015 diklaim telah menelan 425.000 korban dan menewaskan 2.135 pasien.


123456
Pendekatan baru Biden
Pelantikan Presiden AS Joe Biden telah meningkatkan tekanan pada monarki Saudi. Pada bulan Februari,ia mengumumkan penghentian dukungan AS untuk intervensi militer di Yaman dan penarikan dukungan logistik dan intelijen penting dari koalisi militer yang dipimpin Saudi.

"Arab Saudi telah kalah dalam perang di Yaman - dan itu terutama karena pemerintahan Biden telah menjelaskan bahwa ia tidak lagi mendukung operasi Saudi di sana," kata Guido Steinberg, senior associate di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan yang mengkhususkan diri pada isu Timur Tengah. Dia mengatakan ini berarti bahwa Saudi harus menurunkan ketegangan di Yaman. Serangan Houthi di Marib dapat menyebabkan pasukan pro-Saudi - khususnya pemerintah Yaman yang diakui secara internasional - kehilangan salah satu wilayah strategis penting terakhir mereka.

Kelompok Houthi yakin bahwa mereka sekarang berada di atas angin berkat kemajuan mereka dan kebijakan Biden, kata Steinberg. Dia menambahkan bahwa mereka bisa memanfaatkan kapitulasi lawan mereka. Para pejabat di Iran juga akan senang melihat Arab Saudi dikalahkan.

Tiingkat infeksi virus corona di Yaman semakin meningkat
Tiingkat infeksi virus corona di Yaman semakin meningkat

Steinberg mengatakan ini bisa mengarah pada pembentukan dua kubu besar yang saling berlawanan: "Houthi di utara, di satu sisi, dan pasukan separatis dan sekutu mereka di selatan - yang pasti bisa berujung pada pembagian Yaman." Para separatis telah berjuang untuk sebuah negara merdeka di Yaman selatan selama beberapa dekade terakhir. Yaman Selatan ada sebagai entitas sebelum penyatuan negara itu pada tahun 1990. Namun, pasukan separatis selatan telah menarik deklarasi otonomi sepihak yang mereka umumkan tahun lalu. Steinberg mengatakan Arab Saudi mungkin kalah perang, tetapi itu tidak secara otomatis berarti perang telah berakhir.

Warga sipil pun terus menanggung dampaknya. Selama berminggu-minggu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah memperingatkan bahwa Yaman menghadapi kelaparan terburuk di dunia dalam beberapa dekade. Seolah itu belum cukup, negara itu baru saja mengumumkan keadaan darurat karena lonjakan tajam infeksi virus korona



Catagory :news